Monthly Archives: January 2012
INTERNATIONAL MARKET UNTUK FILM INDONESIA
Film Indonesia sedang lesu akhir-akhir ini. Ini ditunjukkan dengan menurunya jumlah penonton dari tahun ketahun. Capaian penonton terbanyak 2011 hingga akhir tahun 2011 masih dipegang oleh Surat Kecil Untuk Tuhan (SKUT) dengan hanya meraih jumlah penonton sekitar 748.842 saja. dan kemudian disusul dengan Arwah Goyang Karawang yang menjual kontroversi dengan perolehan beda tipis dan masih disekitaran 727.540 (Dikutip dari www.filmindonesia.or.id ). Ini masih belum apa-apa dibanding tiga tahun lalu ketika Ayat-ayat Cinta dan Laskar Pelangi berhasil memposisikan diri sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan raihan sekitar 4,7 juta penonton.
Apa yang salah dengan film Indonesiaditahun ini? Beragam tema sudah mulai bermunculan, action, drama, thriller, bahkan genre drama Art dan Omnibus sudah mulai diproduksi. Walaupun tak bisa dipungkiri genre horror, komedi dan bumbu seks lah yang masih mendominasi perfilman Indonesia hingga tahun ini. Ternyata penonton Indonesia belum juga beranjak dari kelesuannya menyaksikan film nasional. Banyak kalangan menengarai merosotnya jumlah penonton film nasional diakibatkan stigma negatif yang terlanjur melekat oleh film-film Indonesia yang dibuat asal-asalan oleh beberapa produser film tanah air. Sehingga keengganan penonton untuk menonton film dalam negeri semakin meningkat.
Dengan kecenderungan penonton yang berkurang saat ini, bisa jadi lama-lama filmIndonesia akan mengalami anti klimaks seperti yang terjadi ditahun 90an. Dimana para pembuat film enggan membuat film karena tidak mendapatkan keuntungan dari pembuatan filmnya. Dan para penonton terpaksa hanya menonton film-film impor.
Memang keterkaitan antara para pembuat film dan penikmat fim tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Disatu sisi para pembuat film ingin mendapatkan penonton banyak dan keuntungan yang berlimpah, disisi lain penonton juga mempunyai hak untuk mendapatkan hiburan yang disukai. Seperti sebuah siklus dimana salah satu terputus tidak akan berjalan siklus tersebut. Dari sini pihak kreator lah yang semestinya membuat inovasi dan strategi bisnis untuk mempengaruhi penonton agar mau menonton film-filmnya tanpa harus meninggalkan kualitas dari film yang dihasilkan.
Banyak kalangan berpendapat penonton Indonesia adalah penonton yang sulit sekali diprediksi kemauannya, ketika sebuah tema film dipersiapkan dengan matang dengan harapan menjaring penonton banyak, justru sebuah film dengan kontroversi tinggi dan penggarapan yang alakadarnya yang menjadi incaran para penonton Indonesia. Sehingga banyak sekali pembuat film tanah air hanya mengikuti tren tema yang sedang berkembang. Ketika salah satu tema berhasil sukses dipasaran maka tema serupa akan bermunculan sampai penonton bosan.
Jika kita mencermati, sebenarnya penonton film Indonesia tidak hanya didalam negeri saja. Banyak sekali orang-orang diluar negeri yang ingin menonton film-film Indonesia, tetapi karena kendala distribusi, mereka hanya bisa menyaksikan melalui festival-festival film yang diikuti oleh segelintir film Indonesia. Seringkali film-film dengan kualitas baik dan layak ditonton oleh publik internasional malahan gagal dipasaran domestik. Menilik kasus yang seperti ini, sebaiknya para pembuat film tanah air tidak hanya domestic oriented saja, tetapi juga international oriented agar mereka bisa survive dalam industri dan sekaligus menjadi misi budaya bagi negara.
Sudah banyak sebenarnya sineas-sineas tanah air yang berorientasi internasional sebut saja pembuat film The Perfect House yang menjadi perbincangan di jagad perfilman internasional, ada lagi Simfoni Luar Biasa dan juga film aksi Pirate Brothers yang walaupun tidak begitu booming di dalam negeri ternyata mampu memberi keuntungan bagi produsernya setelah rilis di Filipina. Kemudian ditahun 2012 nanti beberapa film nasional sudah siap merambah luar negeri. Yang pertama dan sudah pasti adalah The Raid, kemudian disusul The Witness dari Skylar Picture yang sebelumnya merilis SKUT, kemudian Modus Anomali dari Joko Anwar yang sudah diperbincangkan di kalangan sineas mancanegara sejak masih berupa skrip.
Orientasi internasional bagi sineas tanah air jelas memberi efek ganda bagi perfilman kita. Dari segi bisnis akan menambah keuntungan materiil bagi film maker dan juga memperluas market film tanah air, sedangkan dari segi kebudayaan adalah untuk mengenalkan Indonesia dimata negara lain. Seperti halnya Thailand yang menjadikan perfilman sebagai komoditas ekspor, Indonesia seharusnya lebih bisa dari mereka, mengingat sumber daya manusia dan keragaman budaya yang dinmiliki Indonesia lebih berlimpah dari negara lain. Tinggal tingkat kreativitas yang tinggi yang menjadi tuntutan untuk bisa menembus pasar internasional.
Batam, Dec 2011
Oleh: J. Yatmoko
LASKAR ANAK PULAU: PILOT PROJECT YANG MENGENA (Review)
Tahun 2012 diawali dengan manis oleh para pekerja seni di kotaBatam. Ini ditandai dengan dilaunchingnya film berjudul Laskar Anak Pulau pada tanggal 15 Jan 2012 lalu di Sumatera Convention Center, Batam Center. Laskar Anak Pulau sendiri merupakan debut produksi dari Komunitas Film Batam yang dikerjakan sejak bulan Oktober tahun 2011 lalu. Dan menjadi pilot project bagi komunitas ini yang tentunya apabila berhasil akan menelurkan karya-karya yang lebih baik lagi.
Menjadi proyek debutan, Laskar Anak Pulau bisa dibilang cukup memuaskan dari segi kualitas. Penempatan porsi emosi antara sisi komedi dan drama cukup mengena. Sentilan-sentilan serta dialog-dialog dari para pemain anak dengan cemerlang mampu membuat senyum dan tawa penonton. Demikian pun adegan drama yang membuat haru dan simpati berhasil ditampilkan dengan apik menjadikan Laskar Anak Pulau bisa menjadi sebuah film yang cukup menghibur. Kendati demikian ada beberapa adegan yang sebenarnya kurang perlu seperti penampilan para musisi jalanan yang alangkah baiknya jika porsi pendalaman karakter dari Ibu Lela yang diperankan Helmalia Putri lebih digali.
Menceritakan kisah Atan (Jodi Wahyu) seorang anak pulau yang terpaksa harus keluar dari sekolah karena orang tuanya tidak mampu membayar uang buku dan uang baju. Namun semangat untuk bersekolah tidak pernah surut. Bocah kelas 6 SD ini terpaksa membanting tulang bekerja sebagai pelayan di kedai Bu Lela (Helmalia Putri), serta mencuci perahu.
Nasib Atan ternyata mendapat simpati dari teman-temannya. Namun Atan menolak bantuan yang dikumpulkan dari teman-temannya. Atan merasa dilecehkan. Bagi Atan harga diri jauh lebih penting dari uang.
Meski demikian, teman-teman Atan tidak patah semangat. Kunjungan Walikota untuk meresmikan perpustakaan sekolah, mereka manfaatkan untuk menyampaikan nasib Atan dan kondisi anak-anak yang tidak bersekolah dipilau tersebut.
Upaya teman-teman Atan menuai hasil. Walikota berjanji untuk membantu biaya pendidikan Atan. Dan sebuah ending yang mengejutkan harus dihadapi oleh Atan dan teman-teman.
Akting yang bagus patut diberikan apresiasi kepada pemain utama Jodi Wahyu. Karakter anak yang tegar dan punya semangat tinggi berhasil ditampilkan dengan apik serta adegan-adegan yang cukup berbahayapun berhasil dilakukan dengan meyakinkan seperti berenang ditengah lautan, perahu terbalik dan harus berenang mendorong perahu sangat mengesankan. Awal yang baik bagi pemain debutan apabila diberi kesempatan bermain film lagi sepertinya dia akan berkembang.
Tak terkecuali pemain pendukung yang memerankan berbagai karakter yang menurut produser film ini Andi Mapisangka, diikuti 107 pemain. Mereka tampil cukup natural dan tidak terkesan kaku.
Dari bagian sinematografi juga bisa membawa warna serta mood dari film ini dan bisa dibilang tidak jelek-jelek amat untuk ukuran film digital. Walaupun dari department suara masih belum maksimal ada beberapa adegan dialog agak kurang jelas karena tertindih oleh suara latar dari film ini.namun demikian tidak mengganggu jalannya cerita yang ada.
Sebagai pilot project jelas Laskar Anak Pulau yang disutradarai oleh Ibonk Hermawan ini cukup menjanjikan. Dan pastinya jika film ini sukses diharapkan karya-karya yang lebih baik akan bermunculan dengan variasi tema yang lebih luas tentunya.
7/10
Sutradara | Ibonk Hermawan |
Produser | Andi Mapisanka |
Pemeran | Jodi Wahyu, Helmalia Putri |
Production House | Komunitas Film Batam |
Tanggal rilis | 22 January 2012 (Cinema XXI Batam) |